Sunday 27 October 2013

Review : Last Minute in Manhattan

Judul buku       : Last Minute in Manhattan

Penulis             : Yoana Dianika

Penerbit          : Bukune

Cetakan           : I, Desember 2012

Tebal               : vi + 402 halaman

Harga              : Rp 50.000,00

            Last Minute in Manhattan merupakan novel kesekian dari penulis Indonesia Yoana Dianika. Novel inipun menjadi novel best seller di dalam proyek “Setiap Tempat Punya Cerita”, kerja sama antara penerbit Bukune dengan Gagas Media. Sang penulis berhasil menceritakan kehidupan remaja saat ini yang dipenuhi lika-liku percintaan secara apik.

            Sekilas novel Last Minute in Manhattan tampak standar dan biasa-biasa saja karena bertemakan tentang cinta.  Tetapi novel Last Minute in Manhattanseolah-olah membuka sebuah cakrawala baru. Cerita tentang cinta namun banyak unsur lain yang mendukung dan kuat dalam novel ini yang membuat novel ini begitu inspiratif dan edukatif, seperti tentang kerja keras, persahabatan, dan kekeluargaan.

Novel dengan alur maju ini mampu menggambarkan tokoh, latar, dan alur yang begitu kreatif dan jelas membuat para pembaca novel Last Minute in Manhattan tidak segan-segan untuk bermain dengan dunia imajinasinya dan membayangkan secara nyata apa yang terjadi dalam ceritanya.

Cerita di dalam novel ini dimulai ketika seorang gadis bernama Callysta Nararya, yang baru saja lulus SMA berkeinginan untuk melupakan sang mantan yang membuat gadis ini akhirnya memutuskan mengikuti ibu barunya untuk tinggal di California. Banyak perbedaan yang ia dapatkan di sana. Mulai dari kebudayaan hingga kebiasaan para warganya.

Di sana pula ia berkenalan dengan seorang pria bernama Vesper Skyller, yang diperkenalkan berkat adiknya, Mark. Lama-kelamaan Cally dan Vesper pun menjalin hubungan persahabatan. Di setiap libur sekolah adiknya, Vesper selalu mengajaknya untuk sekadar berlibur mengelilingi Pantai Hermosa yang indah. Dikarenakan Vesper yang seumuran adiknya itu, terasa ada jarak diantara keduanya.

Hingga suatu hari dimusim dingin, mereka berhenti sejenak dengan kegiatan yang ada di rumah untuk mengunjungi kuda-kuda ibu baru Cally di Westlake Village. Suatu ketika terjadi yang hal yang sangat tidak terduga oleh siapapun, kuda-kuda menjadi tak terkendali dan merusakkan topi rajut kesayangan Cally. Dan itu semua membuat Cally mengungkapkan kata “benci” kepada Vesper karena dia berpikir Vesper pelaku tunggal yang membuat kuda-kuda itu semakin tak terkendali. Sejak saat itu Vesper dan Cally saling menutup diri.

Sikap dingin yang selalu ditunjukkan Vesper membuat Cally merasa ada yang aneh dengan laki-laki itu. Banyak perubahan yang ditampakkan Vesper, mulai dari semakin kurusnya Vesper hingga kantung mata yang semakin tirus. Tak jarang pula Cally mengira Vesper itu seorang “junkies”, setelah ia tidak sengaja mendengar percakapan teman-temannya tentang Vesper yang seorang pecandu saat di Pantai Hermosa. Sampai kejadian perkemahan musim panas yang membuat Cally tambah membenci laki-laki yang bernama Vesper itu.

Setelah kejadian di perkemahan musim panas, Vesper meminta Mark untuk mengajak Cally bertemu di 42th street pukul 5 sore. Di mana Vesper meminta Mark untuk meninggalkannya berdua dengan Cally. Vesper akhirnya datang dengan buntalan plastik hitam di tangannya. Cally meminta Vesper untuk terus terang tentang dirinya yang seorang pecandu. Akhirnya Vesper pun mengaku kalau mata tirus yang didapatkannya itu karena ia kurang tidur. Ia menjahit topi rajut Cally yang rusak akibat kegilaan kuda-kuda di Westlake Village waktu itu, supaya ia mendapat maaf dari Cally. Ia melakukannya hingga menyita banyak waktu istirahatnya. Hingga akhirnya keduanya berhubungan baik lagi dengan disaksikan oleh “Manhattanhenge”.

            Novel inipun diwarnai dengan tawa, kesedihan, dan juga kesalahpahaman antar tokoh. Namun, semua itu dikemas dengan rapi oleh Yoana Dianika sehingga meninggalkan kisah yang sesuai dengan kehidupan remaja.

            Banyaknya latar yang digunakan oleh penulis, semisal Santa Cruz, Westlake Village, Pantai Hermosa, Silicon Valley, hingga gedung Oracle, yang masih asing untuk para pembaca sehingga membuat pembaca ingin mengetahui lebih jauh mengenai tempat-tempat di New York tersebut dan seolah-olah penulis ingin mengajak para pembaca untuk melancong ke tempat itu.

            Selain itu, bahasa yang digunakan oleh penulis tergolong mudah dipahami pembaca, sehingga pembaca tidak perlu mengulangnya supaya mengerti. Banyaknya ilustrasi-ilustrasi gambar yang ditampilkan menjadikan buku ini tidak membosankan ketika dibaca.

            Banyak nilai-nilai yang bisa dipetik dalam novel ini, semisal nilai budaya seperti:
§  Menghormati orang tua,
§  Menghargai perbedaan, serta
§  Budaya menghargai peraturan.

Selain itu, nilai pendidikan yang bisa didapatkan dalam novel yaitu dengan penggambaran seorang Vesper yang gigih dalam memperjuangkan masa depannya.

            Dari novel ini, pembaca akan belajar mengenai makna sebuah perjuangan dan usaha keras untuk meraih cita-cita dan impian yang sudah diangan-angankan. Novel ini juga mengajarkan kepada pembaca untuk tidak memaksakan kehendak, yang alangkah baiknya mendengarkan dulu aspirasi dari orang lain.



            Ulasan di atas sebenarnya tugas resensi saya beberapa waktu lalu, daripada gak di post gak enak banget kan ya, yaudah deh, aku post aja.

Review : Paris



Judul Buku: Paris: Aline (Setiap Tempat Punya Cerita #1)

Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: Gagasmedia
Terbit: Januari 2013, Cetakan Ketiga
Jumlah Halaman: 212
ISBN: 978-979-780-577-7
Kategori: Novel Fiksi
Genre: Romance, Travel Literature


sinopsis: 
Pembaca tersayang,
Dari Paris, sepotong kisah cinta bergulir, merupakan racikan istimewa dari tangan terampil Prisca Primasari yang sudah dikenal reputasinya dengan karya-karya sebelumnya Éclair, Beautiful Mistake, dan Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa.
Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bernama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula? Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Père Lachaise yang konon berhantu?
Setiap tempat punya cerita. Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.
Enjoy the journey,
EDITOR

Review :
Baru selesai baca buku yang satu ini tadi pagi, padahal belinya udah berbulan-bulan yang lalu. *sigh (lupakan)
Langsung aja deh ya, menurutku buku ini satu ini overall sangat menarik, apalagi banyak ilustrasi gambarnya, yang mana itu membuat semakin betah baca buku. Tapi gak tau kenapa cerita-cerita awalnya agak membosankan.
Di mana si tokoh utama, Aline, sedang membicarakan mengenai pekerjaan yang sebagai pegawai, di mana tempatnya bekerja ada si Ubur-Ubur yang dianggapnya makhluk paling menyebalkan. Gara-gara itu aku sempet sudahin baca bukunya.
Namun, ternyata pas udah nyampe tengah-tengah ceritanya bagus banget. Rasanya nyesela banget gak ngehabisin baca dari dulu.
Ceritanya itu tentang Sena, laki-laki sok misterius bagi Aline yang menghilang mendadak. Eh, ternyata si Sena itu disekap oleh keluarga Poussin. Mulai dari itu cerita rada klimaks.
Setelah menghilangnya Sena, Kak Ezra( cowok yang selalu ada buat Aline) juga pergi. Disebutin dicerita kalau Kak Ezra pergi ke peru. 
Mulai dari itu ALine bekerja sendirian untuk membongkar apa yang terjadi di rumah Poussin. Hingga akhir cerita, Aline pun memutuskan untuk pulang ke halaman rumahnya di Jakarta bersama Sena. Saat di bandara akhirnya Sena pun menyatakan cintanya pada Aline.
Ceritanya bagus banget, tapi ilustrasinya kurang banyak. Pas baca ini juga rada kurang greget dikit.
Entah lagi badmood atau ceritanya yang kurang sesuai. Di mana tokoh utama udah 20an tahun, sedangkan aku masih 16 tahun. :)
Tapi covernya bagus, rada vintage gimana gitu. Menambah penasaran buat di baca. Ceritanya juga menarik, ada beberapa bagian yang mendebarkan, tapi tidak banget. :)



Terima Kasih

Ini menjadi post pertama, di mana saya juga masih butuh banyak arahan untuk menjadikan blog ini lebih baik baik. Tapi tentu, itu semua harus dilakukan mulai dari nol. saya harap, kita bisa sama-sama menjadikan blog ini better and better.

Terima kasih untuk para blogger yang sudah menginspirasi saya untuk membuat blog ini.

Untuk toko buku online, maupun bukan terima kasih banyak saya bisa selalu datang ke sana untuk membeli, gak tau apa yang bakal terjadi kalau gak ada buku dan toko buku.

The last thanks is for my friend, Anisa, udah mati-matian ngenalin aku sama dunia online, yang semula takut untuk berbelanja, jadi enggak lagi, 

Terima kasih banyak semua.