Judul buku : Last Minute in Manhattan
Penulis :
Yoana Dianika
Penerbit : Bukune
Cetakan : I, Desember 2012
Tebal : vi + 402 halaman
Harga : Rp 50.000,00
Last
Minute in Manhattan merupakan novel kesekian dari penulis Indonesia Yoana
Dianika. Novel inipun menjadi novel best seller di dalam proyek “Setiap Tempat
Punya Cerita”, kerja sama antara penerbit Bukune dengan Gagas Media. Sang
penulis berhasil menceritakan kehidupan remaja saat ini yang dipenuhi lika-liku
percintaan secara apik.
Sekilas novel Last Minute in Manhattan tampak standar
dan biasa-biasa saja karena bertemakan tentang cinta. Tetapi novel Last
Minute in Manhattanseolah-olah membuka sebuah cakrawala baru. Cerita tentang
cinta namun banyak unsur lain yang mendukung dan kuat dalam novel ini yang
membuat novel ini begitu inspiratif dan edukatif, seperti tentang kerja keras,
persahabatan, dan kekeluargaan.
Novel dengan alur maju ini
mampu menggambarkan tokoh, latar, dan alur yang begitu kreatif dan jelas
membuat para pembaca novel Last Minute in Manhattan tidak segan-segan untuk
bermain dengan dunia imajinasinya dan membayangkan secara nyata apa yang
terjadi dalam ceritanya.
Cerita di dalam novel ini dimulai ketika
seorang gadis bernama Callysta Nararya, yang baru saja lulus SMA berkeinginan
untuk melupakan sang mantan yang membuat gadis ini akhirnya memutuskan
mengikuti ibu barunya untuk tinggal di California. Banyak perbedaan yang ia
dapatkan di sana. Mulai dari kebudayaan hingga kebiasaan para warganya.
Di sana pula ia berkenalan dengan seorang pria
bernama Vesper Skyller, yang diperkenalkan berkat adiknya, Mark. Lama-kelamaan
Cally dan Vesper pun menjalin hubungan persahabatan. Di setiap libur sekolah
adiknya, Vesper selalu mengajaknya untuk sekadar berlibur mengelilingi Pantai
Hermosa yang indah. Dikarenakan Vesper yang seumuran adiknya itu, terasa ada
jarak diantara keduanya.
Hingga suatu hari dimusim dingin, mereka berhenti
sejenak dengan kegiatan yang ada di rumah untuk mengunjungi kuda-kuda ibu baru
Cally di Westlake Village. Suatu ketika terjadi yang hal yang sangat tidak
terduga oleh siapapun, kuda-kuda menjadi tak terkendali dan merusakkan topi
rajut kesayangan Cally. Dan itu semua membuat Cally mengungkapkan kata “benci”
kepada Vesper karena dia berpikir Vesper pelaku tunggal yang membuat kuda-kuda
itu semakin tak terkendali. Sejak saat itu Vesper dan Cally saling menutup
diri.
Sikap dingin yang selalu ditunjukkan Vesper membuat
Cally merasa ada yang aneh dengan laki-laki itu. Banyak perubahan yang
ditampakkan Vesper, mulai dari semakin kurusnya Vesper hingga kantung mata yang
semakin tirus. Tak jarang pula Cally mengira Vesper itu seorang “junkies”,
setelah ia tidak sengaja mendengar percakapan teman-temannya tentang Vesper
yang seorang pecandu saat di Pantai Hermosa. Sampai kejadian perkemahan musim
panas yang membuat Cally tambah membenci laki-laki yang bernama Vesper itu.
Setelah kejadian di perkemahan musim panas,
Vesper meminta Mark untuk mengajak Cally bertemu di 42th street pukul 5 sore.
Di mana Vesper meminta Mark untuk meninggalkannya berdua dengan Cally. Vesper
akhirnya datang dengan buntalan plastik hitam di tangannya. Cally meminta
Vesper untuk terus terang tentang dirinya yang seorang pecandu. Akhirnya Vesper
pun mengaku kalau mata tirus yang didapatkannya itu karena ia kurang tidur. Ia
menjahit topi rajut Cally yang rusak akibat kegilaan kuda-kuda di Westlake
Village waktu itu, supaya ia mendapat maaf dari Cally. Ia melakukannya hingga menyita
banyak waktu istirahatnya. Hingga akhirnya keduanya berhubungan baik lagi
dengan disaksikan oleh “Manhattanhenge”.
Novel
inipun diwarnai dengan tawa, kesedihan, dan juga kesalahpahaman antar tokoh.
Namun, semua itu dikemas dengan rapi oleh Yoana Dianika sehingga meninggalkan
kisah yang sesuai dengan kehidupan remaja.
Banyaknya
latar yang digunakan oleh penulis, semisal Santa Cruz, Westlake Village, Pantai
Hermosa, Silicon Valley, hingga gedung Oracle, yang masih asing untuk para
pembaca sehingga membuat pembaca ingin mengetahui lebih jauh mengenai
tempat-tempat di New York tersebut dan seolah-olah penulis ingin mengajak para
pembaca untuk melancong ke tempat itu.
Selain
itu, bahasa yang digunakan oleh penulis tergolong mudah dipahami pembaca,
sehingga pembaca tidak perlu mengulangnya supaya mengerti. Banyaknya
ilustrasi-ilustrasi gambar yang ditampilkan menjadikan buku ini tidak
membosankan ketika dibaca.
Banyak
nilai-nilai yang bisa dipetik dalam novel ini, semisal nilai budaya seperti:
§ Menghormati orang tua,
§ Menghargai perbedaan, serta
§ Budaya menghargai peraturan.
Selain itu, nilai pendidikan yang bisa didapatkan
dalam novel yaitu dengan penggambaran seorang Vesper yang gigih dalam
memperjuangkan masa depannya.
Dari
novel ini, pembaca akan belajar mengenai makna sebuah perjuangan dan usaha
keras untuk meraih cita-cita dan impian yang sudah diangan-angankan. Novel ini
juga mengajarkan kepada pembaca untuk tidak memaksakan kehendak, yang alangkah
baiknya mendengarkan dulu aspirasi dari orang lain.
Ulasan di atas sebenarnya tugas resensi saya beberapa waktu lalu, daripada gak di post gak enak banget kan ya, yaudah deh, aku post aja.